Penyuluh Pertanian Siap Mendampingi Petani Untuk Ekspor

By Admin


nusakini.com - Penyuluh pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian berperan aktif melaksanakan pendampingan dan pengawalan petani dan kelompoknya untuk melakukan usahatani berorientasi ekspor mendukung program ekspor Kementerian Pertanian. 

Presiden RI Joko Widodo dalam berbagai kesempatan mendorong peningkatan ekspor di berbagai sektor sebagai upaya peningkatan devisa negara, termasuk pertanian. Komoditas hortikultura hingga saat ini telah mampu menembus 113 negara, dengan jenis komoditas yang makin beragam. Untuk itu pemerintah terus menerus mendesain lebih baik lagi peta komoditas unggulan bagi dunia.  

Kementerian Pertanian terus memperbaiki semua layanan yang berkaitan dengan izin dan kemudahan ekspor. Upaya ini sudah dilakukan sejak 4,5 tahun terakhir untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara nasional. Terobosan-terobosan kebijakan terus diupayakan, terutama yang menyangkut proses eskpor, perbaikan sistem layanan karantina, membangun kawasan pertanian berbasis keunggulan komparatif dan budaya, serta peningkatan efisiensi biaya produksi dan daya saing melalui modernisasi pertanian.  

Peran penyuluh pertanian melakukan pengawalan dan pendampingan kepada petani dari hulu sampai hilir. Penyuluh harus paham terhadap komoditas-komoditas unggulan hortikultura, jangan hanya komoditas itu itu saja tetapi harus mau out of the box, komoditas baru dan model pengembangan yang baru.  

Sementara itu, optimalisasi penyuluhan dilakukan dengan fokus di daerah sentra pangan dan komoditas strategis untuk ekspor. Peran penyuluh di sini lebih kepada kemampuan teknis manajerial, baik menyangkut jejaring dan kemitraan, sampai kepada informasi harga produk dan ekspor komoditas. Tidak hanya itu, dibutuhkan juga penyuluh penggerak petani agar mau berusahatani agribisnis berbasis kawasan berorientasi ekspor. 

Penyuluh, petani dan kelompoktani tidak saja perlu teknologi terbaru, tetapi harus mengetahui akses-akses terhadap informasi produk yang laku di pasaran nasional maupun internasional, harga produk, hingga jejaring kemitraan dan pemasaran sangat dibutuhkan. Kebutuhan spesifik keahlian dari seorang penyuluh sangat diperlukan. Harus ada penyuluh yang ahli perbenihan, ahli pertanaman, ahli berbagai komoditas tertentu, ahli hama dan penyakit tanaman, sampai kepada ahli pasca panen bahkan ahli di bidang tata niaga pemasaran. 

Selain itu, diplomasi juga terus dilakukan untuk memperluas jenis komoditas dan tujuan pasar ekspor ke negara-negara baru. Hal ini dilakukan mengingat investasi dan ekspor merupakan motor penggerak utama ekonomi nasional. 

Hasil nyata dari kerja keras dan keseriusan Kementan dalam mendorong ekspor ini terlihat jelas dari peningkatan ekspor selama Januari-Juli 2019 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018. Selama Januari-Juli 2019, ekspor produk pertanian meningkat sebesar 3,0 persen. Angka ini jauh meningkat jika dibandingkan Januari-Juli 2018 yang hanya 22,71 juta ton atau meningkat menjadi 23,39 juta ton. Selain itu, pada Januari-Juli 2019, Indonesia juga tercatat mengalami surplus perdagangan produk pertanian sebesar US$ 4,25 Milliar atau setara Rp 61,52 Triliun. (Nur Fajar)